Raja Empedu
Cerita Rakyat dari Musi Rawas
Raja Empedu adalah seorang raja muda yang memerintah di Negeri Hulu Sungai Nusa, Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan. Suatu ketika, Raja Empedu membantu Raja Pangeran Mas dari Kerajaan Lesung Batu untuk membinasakan Raja Kubang yang terkenal sakti mandraguna. Berhasilkah Raja Empedu membinasakan Raja Kubang? Ikuti kisahnya dalam cerita Raja Empedu berikut.
* * *
Pada
zaman dahulu kala, Kecamatan Rawas Ulu yang merupakan wilayah
Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan, terbagi ke dalam tiga wilayah
pemerintahan yaitu Hulu Sungai Nusa, Lesung Batu, dan Kampung Suku Kubu.
Ketiga wilayah tersebut masing-masing diperintah oleh seorang raja.
Negeri Hulu Sungai diperintah oleh Raja Empedu yang masih muda dan
terkenal dengan keberanian dan kesaktiannya. Rakyatnya hidup aman dan
makmur karena pertanian di daerah itu maju dengan pesat.
Sementara
itu, Negeri Lesung Batu diperintah oleh Pangeran Mas yang terkenal
kaya raya dan mempunyai banyak ternak kerbau. Adapun Negeri Kampung
Suku Kubu diperintah oleh Raja Kubu yang memiliki kesaktian yang
tinggi. Negeri Kampung Kubu dikenal paling tertinggal dibanding dua
negeri yang lain meskipun wilayahnya cukup subur.
Suatu
ketika, Pangeran Mas mengalami kesulitan memelihara ternaknya yang
semakin hari semakin berkembangbiak. Oleh karenanya, ia berniat untuk
menyerahkan sebagian ternaknya kepada siapa pun yang berminat
memeliharanya dengan syarat kerbau-kerbau yang diserahkan tetap menjadi
miliknya, hasil dari pengembangbiakan itulah nantinya akan dibagi
bersama secara adil.
Raja
Kubu yang mendengar kabar tersebut sangat berminat untuk menerima
tawaran Pangeran Mas. Ia segera mengirim utusannya ke Negeri Lesung Batu
untuk menghadap Pangeran Mas.
“Ampun,
Tuan! Hamba adalah utusan Raja Kubu dari Negeri Kampung Suku Kubu.
Kedatangan hamba kemari untuk menyampaikan keinginan Raja hamba yang
berminat menerima tawaran Tuan dan bersedia menaati persyaratannya,”
lapor utusan Raja Kubu.
“Baiklah,
kalau begitu! Pulanglah dan sampaikan kepada Raja-mu bahwa aku
menyetujui keinginannya. Besok aku akan mengirimkannya puluhan ekor
kerbau. Sampaikan juga kepada Raja-mu bahwa jika kerbau-kerbau tersebut
telah berkembangbiak, aku akan datang untuk mengambil pembagian
hasilnya,” jelas Pangeran Mas.
“Baik, Tuan! Pesan Tuan akan hamba sampaikan kepada Raja hamba,” kata utusan itu seraya mohon diri.
Keesokan
harinya, Pangeran Mas mengirim berpuluh-puluh ekor kerbau jantan dan
betina kepada Raja Kubu. Raja Kubu pun menerimanya dengan senang hati.
Ia memelihara dan merawat kerbau-kerbau tersebut dengan baik.
Kerbau-kerbau tersebut ia gembalakan dan membiarkannya berkubang di
sawah-sawah yang terhampar luas di daerahnya. Kerbau peliharaannya pun
berkembangbiak dengan cepat dan hampir seluruh daerahnya telah menjadi
kubangan kerbau. Sejak itu, negeri tersebut kemudian dikenal dengan nama
Negeri Kubang dan Raja Kubu dipanggil Raja Kubang.
Beberapa
tahun kemudian, Pangeran Mas merasa bahwa tibalah saatnya untuk
mengambil pembagian atas ternaknya yang dipelihara oleh Raja Kubang.
Maka dikirimlah utusannya untuk menghadap Raja Kubang. Setibanya di
sana, Raja Kubang mengikari janjinya dan menolak untuk berbagi hasil
dengan Pangeran Mas. Bahkan, ia menganggap bahwa semua kerbau yang
dipeliharanya adalah miliknya.
“Hai, utusan! Untuk apa kamu datang kemari?” tanya Raja Kubang.
“Ampun,
Tuan! Hamba diutus Raja Pangeran Mas kemari untuk menagih pembagian
hasil dari ternak kerbau yang Tuan pelihara,” jawab utusan Raja Pangeran
Mas.
“Apa
katamu, pembagian hasil? Tidak, semua kerbau tersebut sudah menjadi
milikku karena akulah yang merawat dan mengembangbiakkannya,” kata Raja
Kubang.
“Tapi, Tuan! Bukankah hal itu sesuai dengan perjanjian yang telah Tuan sepakati bersama Raja Pangeran Mas?” ujar utusan itu.
“Cuihhh…
persetan dengan perjanjian itu! Perjanjian itu hanya berlaku pada
waktu itu, tapi sekarang tidak lagi,” Raja Kubang menyangkal.
Beberapa
kali utusan Raja Pangeran Mas berusaha membujuk dan memberinya
pengertian, namun Raja Kubang tetap mengingkari janjinya. Lama kelamaan
Raja Kubang merasa muak dengan bujukan-bujukan itu. Ia pun
memerintahkan pengawalnya agar mengusir utusan itu. Akhirnya, utusan
Raja Pangeran Mas pulang dengan tangan hampa.
Mendengar
laporan dari utusannya, Raja Pangeran Mas sangat marah atas sikap dan
tindakan Raja Kubang. Penguasa Negeri Lesung Batu itu berniat untuk
menyerang Raja Kubang, namun apa daya Raja Kubang terkenal sakti dan
mempunyai banyak pengawal yang tangguh. Akhirnya, ia memutuskan untuk
meminta bantuan kepada Raja Empedu. Berangkatlah ia bersama beberapa
pengawalnya ke Negeri Hulu Sungai Nusa. Setibanya di sana, kedatangan
mereka disambut baik oleh Raja Empedu. Raja Pangeran Mas kemudian
mengutarakan maksud kedatangannya. Tanpa berpikir panjang, Raja Empedu
pun menyatakan kesediaannya untuk membantu Pangeran Mas.
“Baiklah,
Pangeran Mas! Aku akan membantu mengembalikan kerbau-kerbaumu. Raja
Kubang yang suka ingkar janji itu harus diberi pelajaran,” ujar Raja
Empedu.
“Tapi, bagaimana caranya Raja Empedu? Bukankah Raja Kubang itu sangat sakti?” tanya Pangeran Mas bingung.
“Tenang Pangeran Mas! Kita perlu strategi untuk bisa mengalahkannya,” ujar Raja Empedu.
Akhirnya,
Raja Empedu bekerjasama dengan Pangeran Mas membangun strategi.
Pertama-tama mereka membagi dua pasukan mereka. Pasukan pertama bertugas
membuat hiruk pikuk seluruh rakyat Raja Kubang dengan mengadakan
pertunjukan seni dan tari pedang di Negeri Kubang. Pasukan kedua
bertugas untuk mengepung dan membakar seluruh pemukiman penduduk Negeri
Kubang.
Pada
hari yang telah ditentukan, berangkatlah pasukan pertama ke Negeri
Kubang untuk mengadakan pertunjukan. Mereka masuk wilayah negeri itu
sambil membawakan lagu-lagu merdu dan tari-tarian pedang. Penduduk
Negeri Kubang pun berbondong-bondong untuk menyaksikan pertunjukkan itu,
tidak terkecuali Raja Kubang dan para pengawalnya. Pada saat itulah,
pasukan kedua yang dipimpin oleh Raja Empedu dan Pangeran Mas segera
memanfaatkan kesempatan untuk mengepung dan membakar seluruh permukiman
warga. Para penduduk pun berlarian untuk menyelamatkan diri. Sementara
itu, Raja Kubang baru menyadari bahwa mereka telah dikepung oleh
pasukan dari dua kerajaan. Ia pun tak berdaya untuk melakukan
perlawanan karena jumlah pasukan Raja Empedu dan Pangeran Mas jauh
lebih banyak daripada pasukannya. Akhirnya, Raja Kubang menyerah dan
mengembalikan seluruh kerbau yang ada di negerinya kepada Pangeran Mas.
Pangeran
Mas dan Raja Empedu beserta seluruh pasukannya menggiring
kerbau-kerbau tersebut menuju Negeri Lesung Batu. Betapa senangnya hati
Pangeran Mas karena ternak kerbaunya dapat direbut kembali dari tangan
Raja Kubang atas bantuan Raja Empedu. Sebagai ucapan terima kasih dan
balas jasa, Pangeran Mas menyerahkan putri semata wayangnya yang
bernama Putri Darah Putih kepada Raja Empedu untuk dijadikan
permaisuri.
Setelah
menikah, Raja Empedu mengajak Putri Darah Putih tinggal di Negeri Hulu
Sungai Nusa. Sejak itulah, Raja Pangeran Mas merasa kesepian dan
selalu merindukan putrinya. Untuk melepas keriduannya, ia sering pergi
ke Tebing Ajam, yaitu suatu tempat yang tinggi untuk meninjau dari
kejauhan Negeri Hulu Sungai, tempat tinggal putrinya dan Raja Empedu.
Hingga kini, tebing itu terkenal dengan nama Tebing Peninjauan.
* * *
Demikian cerita Raja Empedu dari daerah Sumatera Selatan. Sedikitnya ada dua pesan moral yang dapat dipetik dari cerita di atas yaitu keutamaan sifat suka menolong dan akibat buruk sifat suka ingkar janji. Pertama, sifat suka menolong ditunjukkan oleh sikap dan perilaku Raja Empedu yang telah membantu Raja Pangeran Mas menumpas ketamakan Raja Kubang. Berkat sifatnya yang suka menolong itu, Raja Empedu dinikahkan dengan Putri Darah Putih yang cantik jelita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar